Home » , » Locard Exchange Principle kaitanya dengan Digital Forensic

Locard Exchange Principle kaitanya dengan Digital Forensic


http://www.forensichandbook.com/wp-content/uploads/2012/08/dr-edmond-locard.jpg 
"every contact leaves a trace"  itulah kutipan dari Dr. Edmund Locard’s seorang ilmuan berkebangsaan Prancis. Dr. Edmund Locard’s berpendapat bahwa setiap kontak selalu meninggalkan jejak.
pada mulanya sekitar tahun  1900an Dr. Edmund Locard terjun di dunia forensik adalah ketika membantu kepolisian prancis yang saat itu sedang memecahkan sindikat pemalsu uang koin franc palsu. beberapa dari pemalsu tersebut berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian, namun meraka menolak menjadi whistleblower untuk sindikat lain yang belum tertangkap.
mendengar tentang kasus ini dan bertanya ke inspektur yang bertanggung jawab terhadap kasus tersebut untuk melihat pakaian dari tersangka. Inspektur menolak permintaan tersebut, tapi Locard adalah gigih dan mengulanginya. Akhirnya, inspektur memberi Locard satu set pakaian dari para tersangka. Locard dengan hati-hati mensikat puing-puing dari pakaian, Locard’s memberikan perhatian khusus pada lengan dan kemeja manset. Dia kemudian memeriksa puing-puing di bawah mikroskop. Analisis kimia mengungkapkan adanya timah, antimon, dan timah-komponen yang tepat dari franc palsu. Inspektur itu begitu terkesan dan meminta membantuan Locard lagi, dan inspektur dapat menangkap tersangka lainnya.

 Kaitanya Dengan Digital Forensik
 Locard Exchange Principle telah memberi pengaruh dalam ilmu forensik tak terkecuali digital forensik, dimana setiap barang bukti yang terdapat dalam bukti elekronik memiliki  data yang dapat dianalisa.
misalnya dalam kasus kecelakaan maskapai Germanwings, Berdasarkan data perekam suara kokpit atau cockpit voice recorder (CVR), jaksa penyidik di Marseille, Perancis, Brice Robin, mengatakan bahwa kopilot penerbangan Germanwings 4U9525 secara sengaja menabrakkan pesawat dengan 150 orang di dalamnya ke Pegunungan Alpen.

Hal itu juga diperkuat dengan bukti yang diungkap oleh Flightradar24, layanan online yang menunjukkan data penerbangan secara real time.

Menurut Flightradar24, data flight management computer (FMC) atau yang di dalam sistem Airbus disebut FMGS atau MCDU menunjukkan bahwa ketinggian jelajah telah diubah, atau, dengan cara lain, kopilot telah mengubah ketinggian melalui mode control panel (MCP), dari ketinggian 38.000 kaki, menjadi 13.000 kaki, kemudian 100 kaki.

 
perubahan input ketinggian itu mulai dilakukan pada pukul 09.30.52 Zulu (atau waktu UTC +0). Sistem autopilot saat itu masih mencatat ketinggian jelajah Germanwings 4U9525 di ketinggian 38.000 kaki dengan setting QNH (tekanan barometer) 1006,0 hPa.

Dua detik setelahnya, atau pukul 09.30.54 Zulu, sistem autopilot mencatat perubahan ketinggian menjadi 13.008 kaki. Satu detik setelahnya, pada pukul 09.30.55 Zulu, ketinggian jelajah di MCP/FMC diubah lagi menjadi sekitar 100 kaki, sementara ketinggian tanah di Pegunungan Alpen tersebut sekitar 6.000 kaki.
Dikutip KompasTekno dari BBC, Kamis (24/3/2015), perubahan input ketinggian terhadap sistem autopilot itu hanya bisa dilakukan secara manual. Artinya, seseorang yang saat itu berada di dalam kokpit secara sengaja mengubah ketinggian jelajah.

"Tindakan untuk mengubah ketinggian ini hanya bisa dilakukan secara sengaja," ujar Jaksa Robin.

Tidak ada yang bisa mencegah apa yang dilakukan kopilot Germanwings 4U9525 karena, seperti diberitakan sebelumnya, kopilot mengunci dirinya di dalam kokpit karena kapten pilot diketahui telah keluar.

"Kami mendengar suara kursi digeser ke belakang dan suara pintu (kokpit) ditutup," tutur Robin kepada para wartawan

dari investigasi yang dilakukan dan bukti-bukti yang ada maka diketahuilah bahwa kopilot Germanwings melakukan aksi bunuh diri diduga karena mengalami depresi hal ini diketahui setelah tim investigasi memeriksa catatan kesehatan kopilot berkebangsaan jerman tersebut 

0 komentar:

Post a Comment

Download

ProgramerGagal. Powered by Blogger.